Pelaksana fintech peer to peer lending syariah pt alami fintek sharia (alami) mengatakan sudah mengalirkan pembiayaan sekitar rp 200 milliar.
Ceo alami dima djani mengatakan ini diraih karena rekonsilasi taktik komunikasi dengan memerhatikan situasi pasar muslim di indonesia. Seperti diketahui. Alami adalah perusahaan fintech dengan sasaran untuk menjadi penyuplai service keuangan syariah nomor satu di tanah air
“perolehan itu dibantu dengan unsur komunikasi yang fleksibel hingga bisa sesuaikan keperluan serta ciri-ciri warga di wilayah itu.” sambungnya.
Terhitung semenjak 2019. Alami sediakan service yang makin bermacam yakni basis peer-to-peer financing (p2p) berbasiskan syariah buat pemakainya.
Semenjak alami tercatat di ojk sampai sekarang ini telah mendapatkan sinyal berizin. Alami mempunyai pemberi dana (funder) dengan jumlah capai kira-kira 7.000 orang.
Disamping itu. Di periode epidemi covid-19 ini alami mengaplikasikan seleksi yang ketat serta berhati-hati pada beneficiary dan pilih dari bagian yang tidak terpengaruh langsung epidemi covid-19.
“hingga sampai sekarang ini alami masih mencatat npf (non performing financing) sebesar 0 % atau bila pada industri p2p financing memakai pengukuran tkb90: 100 %.” katanya.
Dima mengutarakan. Semestinya perusahaan rintisan. Saat-saat awal dibuatnya alami. Perusahaan konsentrasi pada perkembangan pemakai serta membuat infrastruktur yang oke.
Tetapi. Salah satunya yang belum pernah ditinggalkan dalam rencana alami ialah keutamaan membuat image perusahaan serta figur leadership semenjak awal. Dima yakini. Startup perlu jadikan corporate communications untuk taktik yang dibuat semenjak awal.
“jadi beda saja masih kurang untuk masuk ke ajang fintek yang paling bersaing. Ditambah lagi banyak rumor pinjol dari fintek ilegal. Oleh karenanya. Perlu taktik komunikasi yang mendalam. Dari mulai public relations sampai digital pemasaran supaya kampanye perusahaan bisa didengar serta di rasa oleh publik.” tutur dima.
Ekonom indef aviliani. Menjelaskan bagian perbankan dapat secara cepat masuk di bagian digital bila bekerjasama dengan bagian keuangan nonbank. Contohnya dengan fintech.
Menurut dia bila disaksikan dari buku 3 serta buku 4. Perbankan condong telah menyiapkan diri sebelum epidemi untuk ke arah digitalisasi. Karena itu saat survey dilaksanakan untuk mengenali mana yang dipandang cepat untuk mengarah digitalisasi serta ikuti skema pademi ini
Rupanya hasil survey itu menyebutkan perbankan. Karena itu perbankan dipandang yang penting yang menyiapkan digitalisasi. Termasuk bagian keuangan.
“jadi jika saya melihat sebetulnya persiapannya telah ada. Cuman memang bank ke depan ini rintangannya berat sebab kompetisinya bukan di sama-sama bank. Tetapi kompetisinya malah bagian keuangan non bank. Dalam soal tehnologi fintech contohnya ia telah itu b to b nya ambil credit lumayan besar.” kata aviliani dalam the 2nd series industry roundtable (episode 8) banking industry perspective. Selasa (29/9/2020).
Oleh karenanya. Menurut aviliani. Saat ini harus bank harus bekerjasama dengan nonbank. Masa ke depan bank itu harus bekerjasama serta berekosistem. Hingga dapat share revenue serta share biaya. Itu harus dilaksanakan.
“sebab tidak lagi ada masa kompetisi kemungkinan jika dalam pemasaran itu ada masa kompetisi. Kemungkinan masa kedepan ada masa bekerjasama menurut saya. Jika tidak kita akan kehilangan momen itu.” tuturnya.
Hingga di koalisi perbankan. Kewenangan layanan keuangan (ojk) memberi jalan. Jika perbankan itu tidak setor rp 3 triliun mereka menjadi sisi dari perbankan lain. Atau ada yang bertanggungjawab pada ekosistemnya.
“saya pikir itu cara bagus agar yang kecil-kecil ini menjadi besar. Serta jadi sisi yang paling besar di unit lainnya. Itu sangat penting.” ujarnya.
Ketua satgas siaga investasi tongam l tobing bagikan panduan ke warga yang ingin memakai layanan utang online. Berikut ada 4 panduan yang seharusnya dilaksanakan warga sebelum pinjam uang dari fintech.